Postingan

Cerita Nikah Bagian 1_Adaptasi, Perkenalan.

Gambar
       Tanggal 15 Maret 2020 adalah tanggal pernikahan Lana dan Reka. Sebuah pernikahan yang ajaib bisa terjadi, setidaknya bagi Lana. Pernikahan adalah sebuah langkah yang sudah Lana rencanakan sejak masa-masa kuliahnya. Target awalnya adalah menikah di usia 22 tahun. Namun takdir berkata usia 24 tahun adalah waktu yang paling tepat bagi Lana untuk menikah. Dengan seorang laki-laki yang tidak pernah punya hubungan pertemanan dengannya, tidak dia kenal dekat, hanya tahu nama karena saat SD nama laki-laki ini pernah didengarnya, dan dikemudian hari karena Allah SWT takdirkan, adiknya Lana mengenalnya di kampus ITB dan Abi Lana adalah dosen pembimbing Thesis Kakak pertamanya di Ilkom IPB. Ternyata Abi Lana dan Ayahnya sama-sama dosen di Fakultas Teknik Pertanian dan ruangannya bersebelahan. Ditambah rumah yang jaraknya hanya 2.5 Km. Siapa yang sangka?        Singkat cerita, segala benang merah tersebut yang membuat jodoh terasa masuk aka...

Sempurna

Gambar
Saat kita menjalani kehidupan, tidak ada perjalanan hidup yang sempurna. Selalu ada lubang dan tambalan. Kadang lubang yang bahkan sulit kita tambal dan tetap ada pada perjalanan hidup kita saat ini. Tapi begitulah setiap orang menjalankan kehidupannya. Selalu ada lubang, paling tidak robekan kecil, retakan, atau sebuah koyakan. Aku tidak percaya pada kehidupan seseorang yang sempurna. Keluarga bahagia, wajah yang menarik, prestasi akademik baik, banyak teman dan kenalan, ekonomi mencukupi, sifat yang disukai semua orang, amalan agama yang baik, kesehatan yang prima, dst. Engga, engga ada yang menjalani hidup semulus itu. Kalau bukan banyak lubang di awal masa, sangat mungkin di tengah, atau malah saat ini. Kita sering butuh waktu untuk mengerti diri kita sendiri. Kita sering butuh waktu untuk sadar akan pantulan bayangan diri yang kita tatap. Kadang orang lain melihat lebih jelas. Kadang kita merasakannya lebih nyata saat tak ada seorangpun yang tahu. Tapi bagaimanapun i...

Hati-Hati

Aku akan cerita tentang HP samsung J7Pro. HP pertama yg aku beli dengan gajiku sendiri. Untuk pertama kalinya barang berharga miliku dari hasil gajiku murni.  Senang sekali rasanya saat aku memilikinya. Tapi aku belum mempergunakannya sebagaimana yg Allah suka. Aku lebih sering nonton Iflix dari pada baca Quran di HP tersebut.  Tapi aku tidak cepat sadar. Lantas saat hari terakhir sekolah di bulan Ramadhan, malamnya kupergunakan ia membaca Quran. Tapi tentu saja lebih banyak total waktuku mempergunakan HP itu untuk hal yang Allah tak mencukupkan keridhoanNya dan bukan juga banyak pada yang Allah suka.  Maka terjadilah kejadian itu. Sekitar pukul 17.30 tgl 31 Mei 2018. Aku kehilangan Samsung J7Pro persis saat turun dari miniarta. belum lagi genap 6 bulan aku bersamanya. Aku mungkin terlambat sadar, ya. Allah memisahkanku dengan HP itu karena rasa suka, bangga, senang, pada HP tersebut tidak kuusahakan sungguh untuk mendapatkan keridhoanNya.  Sejak sa...

Ada saatnya

Aku pikir, sepertinya nyaman sekali jika bisa santai dengan keputusan apapun yg orang lain pilihkan. Bilang iya sama semua yang ditawarkan.  Tapi ternyata menjadi cuek tidak semudah itu. Aku pikir, bilang terserah dengan apapun akan menyenangkan semua orang. Ternyata bilang terserah membuat orang lain jadi gamang, ga enak, dan ragu.  Ternyata punya preferensi yang bebas juga ga selalu disukai orang lain.  Selalu ada saat di mana kita harus berusaha menjadi diri kita sendiri tanpa peduli bagaimana reaksi orang lain.  Selalu juga ada saat di mana kita harus bersikap pantas dan patut tanpa mempertimbangkan bagaimana preferensi kita karena adanya norma-norma yang berlaku.  Kalau hari ini kita punya banyak pilihan hidup, pilihan hidup bagaimana yang mau kamu pilih?

Maksiat

Kau tanya aku, apa yang membuat iman terasa pait? Ialah maksiat Kau tanya aku, apa yang membuat ibadah terasa lelah? Ialah maksiat Kau tanya aku, apa yang membuat mata berat di sepertiga malam? Ialah maksiat Kau tanya aku, apa yang membuat lidah kelu membaca firmanNya? Ialah maksiat Padahal kamu tau seperti aku juga tau. Padahal kita tau seperti mereka yang mengetahuinya pula. Tapi kenapa hawa nafsu berhasil menyandung langkah kita? padahal ada pengetahuan yang kita gunakan? Karena ada pahala besar bagi orang2 yang terus berjihad dengan hawa nafsunya. Sedangkan jihad bukan perkara ringan. Kita bukan makhluk suci, maka tegakkan kembali iman meski maksiat menjatuhkan kita. Sesaat saja, sekejap saja. Berdirilah kembali, buka kembali matamu, jadikan lelahmu lillah. Tak apa biar harus sambil menangis. 

Saat Hujan

Aku suka hujan, Seperti aku menyukai malam dan bulan. Ada saat-saat sempurna meski perasaan sedang buruk sekalipun. Itu adalah saat aku melihat bulan di malam hari lalu hujan bersamanya. Membayangkannya saja membuatku tersenyum malu. Jika hari-hari seperti itu muncul lagi, aku berharap saat itu aku bersamamu.

Belajar Menerima Kelebihan

Saat kita menjalani sebuah proses memilih, ada kelebihan dan kekurangan yang kita temui pada pilihan kita. Namun kebanyakan orang mempersiapkan diri menghadapi kekurangan saja. Padahal menerima kelebihan juga perlu disiapkan.  Contoh, saat akan membeli sebuah baju kondangan. Keputusan memilih sudah diambil, jatuhlah pilihan pada baju berpayet indah, dengan warna pastel, dan terdapat kerlipan2 dibajunya, namun sayang lapisan dalam baju tersebut berbahan agak panas. Maka sang pemiliknya menyiapkan kipas untuk mengantisipasi kekurangan baju indah tersebut.  Jika kita lihat dari sudut pandang kelebihannya, baju tersebut memiliki warna pastel yang sesungguhnya rawan saat terkena noda. Belum lagi kerlipan pada baju yang beresiko menempel di muka saat tangan menyentuh baju kemudian tangan menyentuh wajah setelahnya. Tapi pemilik baju tidak menyiapkan diri menerima kelebihan tersebut.  Bagaimana jika kita ambil contoh lain. Anggaplah kita membeli HP keluaran terbaru...